Ini peristiwa yang tak bisa kulupakan. Biasanya kalau habis hujan, maka di daerah rel kereta api, kami punya permainan menarik. Selain bermain layang-layang, aku suka main 'plorotan gedebok pisang'.
Cara mainnya :
1. Kami memotong batang pisang (= itulah disebut gedebog).
2. Gedebog itu kami naikkan ke atas (dekat rel). Di bagian sisi lain, ada tanah yang menurun ke bawah. Di bagian bawah ada genangan air - bekas hujan.
3. Kami ber 2 atau ber 3, naik di atas gedebog itu.
4. Kemudian kami berteriak, dan menerjunkan gedebog itu ke bawah, hingga kena air. Muncrat, kami tertawa-tawa.
5. Setelah puas, gedebog tadi kami angkut ke atas, dan mengulangi lagi urutan nomor 3.
Demikian seterusnya berulang-ulang.
(Aku cari di Google, "Prosotan pisang" gak ada, adanya "Prosotan biasa", akhirnya aku teringat : ini gambar mainan orang2 jaman sekarang - namanya "banana boat", memang lebih canggih, tapi punya kami tak kalah asyikkk...)
Tetapi naas, pada hari itu, karena kami kurang bisa mengendalikan 'kendaraan' kami, maka terjadi suatu belokan mendadak. Dan, kaki kiriku (lupa) terkena duri yang cukup banyak. Aku pulang ke rumah sambil menahan sakit. Sesampai di rumah, aku dibantu papaku mencabuti duri-duri itu dari kakiku, satu demi satu. Sambil diomeli / dimarahi tentunya.
Itu yang kuingat hari ini, dan kutulis juga di blog khusus untuk almarhum papa dan mamaku di sini. Juga blog Yossusansammy di Wordpress.
Semua catatan dan kenanganku tentang tempat kelahiranku (1968), sebuah desa kecamatan bernama : Desa Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur. (All my memories about my village, where I was born 43 years ago : Ngunut, Tulungagung, East Java, Indonesia)
Desaku yang kucinta - pujaan hatiku - tempat ayah dan bunda - dan handai taulanku - tak mudah kulupakan - tak mudah bercerai - selalu kurindukan - desaku yang permai . . .
Kamis, 11 November 2010
Nama Gerejaku
Waktu di Ngunut, aku sejak kelas 2 SD sudah ke gereja. Nama gerejaku adalah "Gereja Pantekosta Tabernakel - Kristus Bintang Fajar", di jalan Waluyo 7, Ngunut.
Rabu, 10 November 2010
Sepeda tua
Dulu papaku punya sepeda tua, sepeda laki-laki dengan sistem rem torpedo. Merknya HIMA. Aku menggunakannya untuk berangkat dan pulang sekolah waktu duduk di SMA, ke Tulungagung, PP tiap hari 13 km bolak-balik.
Sayang, sepeda tua itu sudah dijual kakak-ku waktu aku bekerja di Surabaya (1988-1989).
Sayang, sepeda tua itu sudah dijual kakak-ku waktu aku bekerja di Surabaya (1988-1989).
Selasa, 09 November 2010
SD NGUNUT 3
Langganan:
Postingan (Atom)