Bulan Puasa, yang tahun ini dimulai hari ini, Senin 1 Agustus 2011, selalu membawa ingatanku kepada masa kecilku di desa Ngunut.
Aku dilahirkan oleh keluarga yang majemuk. Almarhum papaku keturunan Cina / Tiong Hwa, demikian juga almarhum mamaku. Nah, adik-adik mamaku ini berpencar : di Surabaya, di Jember, dan seorang adik perempuan terakhirnya, di desa Ngunut.
Bibiku yang paling bungsu ini (adik perempuan terkecil mamaku), adalah keluarga muslim. Kebetulan, nenek kami juga tinggal di rumahnya, Jl. Raya Ngunut, berselisih berapa rumah dari rumah pertama kami.
Setiap bulan puasa, 2 hal yang kukenang :
1. Nenek selalu menyediakan makanan pembuka (tajil) bagi cucu-cucunya. Sebenarnya, fokusnya ya anak-anak bibiku itu (5 orang : Mbak Tatik, Bagio, Budi, Endah dan Bambang). Tapi karena aku sering main ke rumah bibiku, aku juga ikut-ikutan 'berbuka', walau tidak puasa.
Biasanya nenek membuat kolak, kolak ketan, dan sebagainya.
Trus, kami sama-sama makan nasi lodeh, dan lain-lain.
2. Setelah berbuka, biasanya saudara misanku : Bagio, Budi dan lain-lain sholat Tarawih di masjid di belakang rumah ku. Nah, aku juga ikut-ikutan 'main' di masjid itu, tapi di halaman saja. Sekedar menunggu mereka sholat. Setelah selesai, ya kami pulang ke rumah masing-masing atau nonton bioskop.
Kenangan itu, tak kan kulupakan. Oh ya, aku dulu juga ikut-ikutan berlebaran bersama anak-anak di desaku. Mengunjungi rumah ke rumah dan bersalam-salaman dan mengucapkan 'Minal Aidin wal Faisin' (sorry kalau salah tulis), dan saling memaafkan. (Biasanya, waktu itu anak-anak diberi uang - dan ini yang kusenangi hi hi hi).
Lucunya, walaupun mamaku keturunan Cina, dia juga 'ikut-ikut'an acara / budaya MEGENGAN, yaitu membuat kue apam dan dibagikan ke tetangga. Papaku juga tidak melarang hal-hal ini, wong dia sendiri juga punya koleksi keris dan jimat-jimat yang lumayan banyak. Tiap Jum'at malam papaku juga membakar kemenyan dan memberikan sesaji atau apa namanya, sebuah meja yang dilengkapi dengan segelas air putih, kopi panas, 2 batang rokok. Waktu kutanya, : "Pa, itu untuk siapa?" "Untuk Kakek-mu" katanya.
Kini, puluhan tahun telah berlalu, aku selalu ingat : papa-mamaku, keluarga bibiku, nenekku, yang juga setia berpuasa. Semoga apa yang mereka lalukan mendapat balasan dari TUHAN Yang Maha Esa... Amin...
0 komentar:
Posting Komentar